Sistematika Penulisan Karya Ilmiah
JUDUL
ABSTRAK
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
BABI. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
2. Manfaat Penulisan
BAB II. KAJIAN TEORETIS DAN METODOLOGI PENULISAN
A. Kajian Teoretis
B. Kerangka Berpikir
C. Metodologi Penulisan
BAB III. PEMBAHASAN (judul sesuai topik masalah yang dibahas)
A. Deskripsi Kasus
B. Analisis Kasus
BAB IV. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN (termasuk sinopsis gambaran umum perusahaan yang ditulis)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memuat fakta-fakta atau sebab yang relevan sebagai titik tolak dalam
merumuskan masalah penulisan dan mengemukakan alasan penentuan masalah.
Penulis dapat mengutip/mengemukakan pendapat para ahli, berita melalui
media massa, peraturan perundang-undangan yang mendukung terhadap fakta
atau fenomena yang akan ditulis. Setiap peraturan dan perundang-undangan
yang dikutip tidak ada catatan kaki, sedangkan pendapat para ahli,
berita melalui media massa harus disertai catatan kaki.
B. Perumusan Masalah
Menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin dicari
jawabannya. Perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan
terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang dibahas, diakhir
pertanyaan harus memberikan tanda tanya (?).
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penulisan : Menyebutkan secara spesifik maksud yang ingin dicapai dalam penulisan.
2. Manfaat Penulisan : Kontribusi hasil penulisan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN METODOLOGI PENULISAN
A. Kajian Teoretis
Pemaparan beberapa teori ilmiah dan temuan-temuan lain yang dianggap
perlu dan relevan dengan pokok masalah Setiap teori yang dikutip harus
disertai penjelasan dan komentar penulis tentang kaitan teori tersebut
dangan masalah. Sedangkan pada akhir dari semua teori-teori yang
dikutip, penulis harus memunculkan sebuah kesimpulan terkait dengan
permasalahan.
B. Kerangka Berpikir
Argumentasi penulis yang didasari pada teori-teori ilmiah yang telah
dikemukakan dimuka. Penelitis harus menjelaskan suatu alur kerja atau
saling keterkaitan antar indikator dengan permasalahan yang dibahas.
Peneliti dapat untuk mengungkapkannya dapat menggunakan bantuan skema
atau bagan penjelasan.
C. Metodologi Penulisan
1. Tempat dan waktu : jelaskan tempat/lokasi observasi dengan
menyebutkan nama perusahaan serta alamatnya, kemudian sebutkan waktu
observasi sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh masing-masing
program studi.
2. Metode :
a. Sebutkan nama metode yang digunakan (misalnya: metode deskriptif analisis).
b. Teknik pengumpulan data (misalnya: wawancara, observasi, menggunakan kuesioner).
c. Teknik Analisis Data (misalnya: memakai rumus statistik, rumus keuangan, atau model analisis lain
seperti SWOT, EOQ, EVA, ABC).
BAB III
PEMBAHASAN (judul bab ini harus sesui dengan topik yang diangkat)
A. Deskripsi Kasus
Mengidentifikasi kasus-kasus yang terdapat pada perusahaan (sesuai
dengan kekhususan bidang ilmu penulis). Kasus yang diidentiftkasi di
mulai dengan kasus sederhana sampai pada kasus kompleks dan rumit sesuai
dengan urgensi fenomena yang diangkat pada perumusan masalah. Kasus
yang diangkat merupakan kasus yang ditemukan di perusahaan dan penulis
terlebih dahulu melakukan konfirmasi dengan pihak perusahaan (guna
menjamin kesahihan kasus). Kasus-kasus yang bersifat rahasia tidak
disarankan untuk dibahas oleh penulis. Kasus yang diangkat dapat berupa
point-point uraian penjelasan atau berupa tabel, diagram dan sebagainya.
B. Analisis Kasus
Penulis melakukan pengkajian terhadap kasus yang dipilih sesuai urgensi
permasalahan dan berusaha mengkaitkan dengan konsep teori dan
temuan-temuan lain yang dianggap perlu. Untuk mendapatkan
solusi/pemecahan terhadap kasus yang dibahas, penulis dapat juga
menggunakan model-model analisis seperti analisis SWOT, EOQ dan
sebagainya sesuai kebutuhan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Peneliti harus meyimpulkan hasil temuan dari analisis kasus dalam bentuk
point-point penting secara jelas dan tepat (tidak boleh menulis
simpulan diluar kasus yang dianalisis). Berangkat dari kesimpulan
tersebut penulis memberikan saran-saran yang berguna terkait dengan
kasus yang telah dianalisis (untuk jangka pendek, menengah dan panjang)
terutama ditujukan kepada perusahaan yang ditulis dan kegunaannya bagi
perkembangan IPTEK. Pada bab ini antara Kesimpulan dan Saran
masing-masing dijadikan sub-bab tersendiri.
================================================================================================================================================
Teknik Penulisan Laporan Karya Ilmiah
A. Bahan dan Teknik Pengetikan
1. Kertas
- Kertas yang digunakan untuk menulis karya ilmiah adalah kertas HVS 80 gram berukuran A4 (21,0 cm x 29,7 cm).
- Sampul (kulit luar) berupa soft cover dari bahan buffalo atau linen pada saat ujian karya ilmiah dan hard cover setelah ujian (revisi) dan dinyatakan lulus dengan warna magenta.
- Pembatas antara bab yang satu dengan bab lainnya diberikan pembatas kertas doorslag warna magenta berlogo Universitas Negeri.
2. Jenis Huruf
- Naskah karya akhir menggunakan jenis huruf yang sama, dari awal sampai akhir, yaitu Times New Roman, ukuran font 12, kecuali judul bab digunakan ukuran font 14 dan footnote dengan ukuran font 9.
- Huruf tebal digunakan untuk judul bab, sub bab, tabel, gambar dan lampiran.
- Huruf miring dapat digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya istilah/kata dalam bahasa asing, atau kata yang ingin ditekankan.
3. Margin
Batas pengetikan dari tepi kertas untuk naskah karya ilmiah adalah sebagai berikut :
- Tepi atas 4 cm
- Tepi bawah 3 cm
- Tepi kiri 4 cm
- Tepi kanan 3 cm
4. Format
- Setiap judul bab dan judul lembaran dimulai halaman baru diketik dengan huruf kapital diletakkan di tengah (centering) bagian atas halaman.
- Sub bab diketik di pinggir sisi kiri halaman dengan menggunakan huruf kecil tebal kecuali huruf pertama pada setiap kata diketik dengan huruf kapital.
- Setiap alinea baru, kata pertama diketik masuk ke kanan setelah ketukan ketujuh atau mulai pada ketukan delapan.
- Tabel dalam teks disertai nomor tabel dan judul tabel diketik dengan huruf “T” kapital seperti Tabel II.1, berarti tabel Bab II yang pertama dan seterusnya serta penempatannya di atas tabel.
- Gambar dalam teks disertai nomor gambar dan judul gambar diketik dengan huruf “G” kapital seperti Gambar III.1, berarti gambar Bab III yang pertama dan seterusnya serta ditempatkan di bawah gambar.
- Penulisan lambang atau simbol sebaiknya menggunakan fasilitas program perangkat lunak komputer. Sedangkan satuan dan singkatan yang digunakan hanya yang lazim dipakai dalam disiplin ilmu masing-masing seperti: 100 C; kg; 12 ppm; ml; dan sebagainya.
- Istilah asing yang dalam teks dicetak miring(Italic) misalnya: et al.; ibid; supply; centring; dan sebagainya.
- Setelah tanda koma, titik koma, dan titik dua diberi jarak satu ketukan dan sebelumnya tidak perlu diberi spasi.
- Pemutusan kata harus mengikuti kaedah bahasa Indonesia yang baku dan benar.
5. Spasi
- Jarak antara baris dalam teks adalah dua spasi, kecuali kalimat judul, sub judul, sub bab, judul tabel, dan judul gambar serta judul lampiran adalah satu setengah spasi.
- Jarak antara judul bab dengan teks pertama isi naskah atau antara judul bab dengan sub bab adalah empat spasi.
- Abstrak/abstract diketik dengan jarak satu spasi; judul abstract dan seluruh teksnya diketik dengan huruf miring (Italic).
- Jarak spasi sumber referensi dalam Daftar Pustaka satu spasi kecuali jarak spasi antara sumber pustaka.
- Jarak baris pada kata pengantar, daftar isi dan daftar tabel maupun gambar 2 (dua) spasi.
B. Penomoran Halaman
1. Halaman Bagian Awal
Bagian awal karya ilmiah diberi nomor halaman dengan menggunakan angka
Romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya) ditempatkan pada posisi tengah
bawah halaman yang dimulai dari judul dalam (sesudah sampul) sampai
dengan halaman Riwayat Hidup. Halaman judul dan halaman persetujuan
tidak diberi nomor, tetapi diperhitungkan sebagai halaman i dan ii yang
tidak perlu diketik.
2. Halaman Utama
Penomoran mulai dari Bab Pendahuluan sampai dengan Bab Kesimpulan dan
Saran menggunakan angka Arab (1, 2, 3 dst.) dan setiap judul bab nomor
diletakkan pada bagian tengah bawah dan halaman berikutnya diletakkan
sudut kanan atas dengan jarak tiga spasi. Penomoran bukan bab dan sub
bab menggunakan angka Arab dengan tanda kurung misalnya: 1), 2) atau
(1), (2), dst.
3. Halaman Bagian Akhir
Penomoran pada bagian akhir karya ilmiah mulai dari Daftar Pustaka
sampai dengan Riwayat Hidup menggunakan angka Arab yang diketik pada
marjin bawah persis di tengah-tengah dengan jarak tiga spasi dari marjin
bawah teks, dan halaman selanjutnya diketik sebelah kanan atas dengan
jarak tiga spasi dari pinggir atas (baris pertama teks) lurus dengan
marjin kanan teks.
C. KUTIPAN
Kutipan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kutipan langsung dan
kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah peneliti mengambil
kutipan sesuai dengan sumber aslinya. Kutipan yang tidak lebih dari tiga
baris diketik dua spasi dengan cara memberikan tanda petik diantara
teks yang dikutip dan diberi nomor kutipan. kutipan yang menggunakan
istilah atau bahasa asingdicetak miring dan diberi nomor kutipan Ini
dapat dilihat pada contoh berikut :
Menurut Hawkins, Best dan Cooney mengemukakan pengertian sikap bahwa
:“Attitude is an enduring organizational, emotional, perceptual an
cognitive process with respect to some aspect environmental (Sikap
adalah suatu organisasi yang bertahan lama dari motivasi, emosi,
persepsi, dan proses kognitif dengan menghargai beberapa aspek
lingkungan)”.
Sedangkan kutipan lebih dari tiga baris diketik satu spasi dan
ditempatkan dalam alinea tersendiri. Adapun ketukan baris pertama dan
seterusnya sebanyak 7 ketukan. Hal Ini dapat dilihat pada contoh berikut
:
Syaiful Bahri Djamarah berpendapat bahwa kelebihan metode diskusi adalah :
1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan bukan satu jalan.
2. Menyadarkan anak didik bahwa dengan diskusi mereka saling
mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
keputusan yang baik.
3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap
toleran”.
Sedangkan kutipan tidak langsung adalah peneliti menggambarkan suatu teori berdasarkan sumber kutipan.
D. CATATAN KAKI
Pencantuman catatan kaki diperlukan dalam penulisan karya ilmiah. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui sumber referensi yang menjadi kajian
peneliti. Adapun unsur pokok dalam catatan kaki adalah nama penulis,
judul tulisan, data publikasi (kota tempat terbit, nama penerbit, dan
tahun penerbitan), serta nomor halaman. Semua sumber kutipan yang baru
muncul pertama kali harus ditulis secara lengkap, sedangkan untuk
pemunculan berikutnya digunakan singkatanibid, op. cit, atau loc. cit.
Dalam menulis catatan kaki, baris pertama harus ke dalam sebanyak 7
(tujuh) ketukan.
Ibid adalah singkatan dari ibidem, digunakan apabila sumber kutipan
pertama diikuti dengan kutipan berikutnya dimana sumbernya sama, tanpa
diselingi dengan sumber kutipan lain.
Loc. cit. adalah singkatan dari loco citato, artinya yaitu tempat yang
pernah dikutip. Kutipan berasal dari sumber yang sama dengan sumber yang
pernah dikutip
(halamannya sama), tetapi telah diselingi dengan sumber kutipan lain.
Op. cit. adalah singkatan dari opere citato,artinya karya yang telah
dikutip (dikutip terlebih dahulu). Kutipan berasal dari sumber yang sama
dengan sumber yang pernah dikutip (halamannya berbeda), tetapi telah
diselingi dengan sumber kutipan lain.
Contoh Penulisan Catatan Kaki:
Pada Halaman 1
1 William H. Newman, Administrative Action(London: Prentice Hall, Inc., 1963), p.463
2 Ibid., p. 473
3 Pangripto, “Manajemen Rumah Sakit”,Jurnal Kesehatan dan Gizi, Vol. 3 No. 2, Juni 1998, pp. 55-58
4 William H. Newman, loc. cit.
Pada Halaman 2
5 Gunawan Adisaputro et al., Business Forecasting: Latar Belakang
Teoretis, Vol. 1 (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada,
1974), p. 53.
6 William H. Newman, op. cit., p.590 10John M. Spiszer, Leadership and
Combat Motivation: The Critical Task, 1999, p.1
(http://www.cgsc.army.mil/milrev/english/MayJun99/Spiszer.htm).
E. DAFTAR PUSTAKA
Ketentuan dalam penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut :
- Tuliskan nama pengarang, judul karangan dan data tentang penerbitannya (tempat, penerbit dan tahun).
- Daftar pustaka disusun secara alfabetis tidak hanya huruf terdepannya tetapi juga huruf kedua dan seterusnya.
- Daftar pustaka diketik satu spasi dan jarak antara masing-masing pustaka adalah dua spasi.
- Huruf pertama dari baris pertama masing-masing pustaka diketik tepat pada garis tepi kiri tanpa ketukan (indensi) dan baris berikutnya digunakan indensi 7 karakter.
- Apabila nama pengarang sama dan judul berbeda, maka baris pertama harus diberi garis terputus-putus sebanyak 14 (empat belas) ketukan.
- Penulisan nama pengarang diawali dengan nama keluarga, kemudian namanya. Untuk dua atau tiga pengarang, nama pengarang kedua dan ketiga tidak perlu dibalik.
- Penulisan nama pengarang yang bermarga cina atau mandarin, ditulis apa adanya (tidak diindeks).
- Jika nama pengarang sama dalam dua tahun penerbitan berbeda, maka daftar pustaka disusun menurut urutan waktu (tahun).
- Nama pengarang sama, judul berbeda perlu diberikan garis sebanyak 14 ketukan.
- Sama sekali tidak boleh mencantumkan sumber referensi yang tidak pernah dibaca dan tidak boleh mencantumkan gelar.
- Dalam daftar pustaka/catatan kaki, tulisan yang bersumber dari majalah/ koran/makalah yang diberi garis bawah atau ditebalkan adalah nama majalah/korannya yang menerbitkan.
Contoh Penulisan Daftar Pustaka
1) Buku
a. Satu Pengarang
Nasoetion, Andi Hakim. Metode Statstika.Yakarta: Penerbit PT Gramedia,
1980 Turabian, Kate L. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and
Dissertations.
Chicago: University of Chicago Press, 1980.
b. Dua Pengarang
Kennedy, Ralph Dale dan Stewart Y. McMullen. Financial Statement: Form,
AnĂ¡lisis and Interpretation. Petaling Jaya: Irwin Book Company, 1973
Pangestu, Subagyo dan Djarwanto. Statistik Deskriptif. Yogyakarta: BPFE,
1982.
c. Tiga Pengarang
Heidirachman R., Sukanto R., dan Irawan.Pengantar Ekonomi Preusan.
Yogyakarta: Bagian Penerbitan Facultas Ekonomi Universitas Gajah Mada,
1980. Jahoda, Marie, Morton Deutsch, dan Stuart W. Cook. Research
Methods in Social Relation. New Cork: Dryden Press, 1951.
d. Lebih Dari Tiga Pengarang
Selltiz, Claire, et al. Research Methods in Social Relations. New Cork:
Holt, Rinehart & Winston, 1959 Sukanto, et al. Business Forecasting.
Yogyakarta: Bagian Penerbitan Facultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada,
1980.
e. Pengarang Sama
Newman, William H. The Process of Management. London: Prentice Hall.
Inc., 1961. ________________. Administratif Action. London: Prentice
Hall. Inc., 1963.
f. Tanpa Pengarang
Author’s Guide. Englewood, Cliffs, N.J.: Prentice Hall. Inc., 1975.
Scientific Method in Business. Collage Park: University of Maryland,
1973.
2) Buku Berjilid/Berseri
Edwards, James D., et al. Accounting: A Programmed Text. Vol. I.
Homewood, Illinois: Richards D. Irwin, Inc., 1967. Suhardi Sigit.
Azas-Azas Accounting. Bagian Pertama. Yogyakarta: Fa. Sarjana, 1968.
3) Buku Terjemahan/Saduran/Suntingan
Booth, Anne, dan Meter McCawley. Ekonomi Orde Baru. Suntingan Sujarwadi. Yakarta: LP3ES, 1982.
Conant, James B. Teori dan Soal-Soal Ekonomi Makro. Terjemahan Faried
Wijaya. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas
Gadjah Mada, 1978.
Kotler, Phlips. Marketing Management. Saduran Karyadi dan Sri Suwarsi.
Surakarta: Facultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, 1978.
4) Buku Dengan Edisi Bukan Edisi Pertama
Djarwanto Ps. Statistik Nonparametrik. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE, 1985.
Shepherd, William R. Historical Atlas. 8th ed. New Cork: Barnes & Noble, 1956.
5) Bab Yang Ditulis bukan oleh Pengarang atau Penyunting Buku yang Bersangkutan
Ahluwalia, M. “Income Inequality: Some Dimensions of the Problem”, In H.
Chenery, et al. Redistribution With Growth. London: Oxford University
Press, 1974.
Soelistyo, Sudarsono, dan Ari Sudarman. “Prospek Kesempatan Kerja dan
Pemerataan Pendapatan Dalam Repelita III”. Dalam The Kian Wie
(Penyuntingan).
Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan: Beberapa Pendekatan Alternatif. Jakarta: LP3ES, 1981.
6) Seri atau Rangkaian
Sutrisno Hadi. Efisiensi Kerja. Jilid I dari Seri Kapita Selekta “Psikologi Kerja”, 5 jilid. Yogyakarta: [t.p.], [t.th].
Terman, Lewis M., dan Melita H. Olden. The Gifted Child Grows Up. Vol. 4
of the “Genetic Studies of Genius Series”, Lewis M. Terman (ed.).
Standford: Stanford University Press, 1974.
7) Lembaga Sebagai Penyunting Buku
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1980.
FAO. Production Yearbook 1975. Rome: FAO, 1976.
8) Surat Kabar
Salim, Emil. “Forest Sustainability Management”, The Jakarta Post. Februari 6, 1977.
Karlina. “Sebuah Tanggapan: Hipotesa dan Setengah Ilmuan”. Kompas. 12 Desember 1981.
9) Jurnal/Peberbitan Berkala
Rahardjo, M. Dawam. “Dunia Bisnis di Persimpangan Jalan”, Prisma. Juli 1983, 7, hal. 1-12.
Dharmawan, Johan. “Uruea dan TPS di Indonesia dalam Analisis Permintaan
Kuantitatif”, Jurnal Argo Ekonomi. Mei 1982, 2, hal. 1 – 27.
10) Hasil Penelitian
Kasryno, Faisal, et al. Perkembangan Institusi dan Pengaruhnya Terhadap
Distribusi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja: Kasus di Empat Desa
di Jawa
Barat. Bogor: Studi Dinamika Pedesaan, 1981.
Nganji, Kalikit, et al. Regional Studi Daerah Kedu dan Surakarta.
Salatiga: Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satyawacana, 1976.
11) Paper dalam Seminar/Lokakarya
Mangundikoro, Apandi. “Konservasi Tanah dalam Rangka Rehabilitasi Lahan
di Wilay ah Daerah Aliran Sungai”. Kertas Kerja padaLokakarya Pola Tanam
dan
Usahatani ke-IV, Bogor, 20 – 21 Juni 1983.
Suranggadjiwa, L.M. Harris. “Pengelolaan Daerah Aliran Sungai”. Kereta
Kerja pada Seminar Nasional Pengembangan Lingkungan Hidup, Jakarta, 5 – 6
Juni 1978.
12) Bahan yang Tidak Diterbitkan
Brizi. Teknik Perencanaan Linear untuk Penyusunan Rencana di Bidang
Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor, 1979. (Stensilan).
Coffin, Thomas E. Beyond Audience: The Measurement of Advertising Effectiveness. (Monographed report, Undated).
13) Karya ilmiah/Tesis/Disertasi
Budiarto. Sebab-sebab dan Cara Pencegahan Labour Turnover di Pabrik
Rokok Menara Sala. Skirpsi Sarjana (Tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 1972.
Swenson, Geoffrey C. The Effect of Increases in Rice Production on
Employment and Income Distribution in Thanjavur District, South India.
Unpublished Ph.D.
Disertation. Minchigan: Minchigan University, 1973.
14) Artikel dalam Ensiklopedia
Banta, Richard E. “New Harmony”,Encyclopedia Britanica (1968 ed.), vol.
16, p. 305 Morris, Edward Parmelle. “The Latin Language”, The
Encyclopedia Americana(1936
ed.), vol. 17, pp. 47 – 48.
15) Internet
Spiszer, John M. Leadership and Combat Motivation: The Critical Task.
1999. http://www.cgsc.army.mil /milrev/english/MayJun99/Spiszer.htm.
(Diakses tanggal 12 September 1999).
CONTOH KARYA ILMIAH
1#
KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI SEKITAR KITA
DISUSUN OLEH :
NAMA : TUKUL ARWANA
KELAS : IX. Z
SMP AVATAR JAKARTA BARAT
TP. 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan Karya Ilmiah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul “KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI SEKITAR KITA”
Karya Ilmiah ini berisikan tentang informasi Pengertian Kebersihan
Lingkungan Di Sekitar Kita atau yang lebih khususnya membahas penerapan
kebersihan lingkungan di sekitar kita. Diharapkan Karya Ilmiah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang kebersihan lingkungan di
sekitar kita.
Saya menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu saya harapkan demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Karya Ilmiah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Jakarta Barat, 1 April 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….
KATA PENGANTAR …………………………………………………...
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ……………………………………………
B. Perumusan Masalah ………………………………………
C. Tujuan Penelitian …………………………………………
D. Metode dan Teknik Penelitian ……………………………
E. Sistematika Penulisan …………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan ……………………………………………….
B. Cara Menjaga Kebersihan Lingkungan …………………..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………….
B. Saran ……………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebersihan lingkungan merupakan keadaan bebas dari kotoran, termasuk di
dalamnya, debu, sampah, dan bau. Di Indonesia, masalah kebersihan
lingkungan selalu menjadi perdebatan dan masalah yang berkembang.
Kasus-kasus yang menyangkut masalah kebersihan lingkungan setiap
tahunnya terus meningkat.
Problem tentang kebersihan lingkungan yang tidak kondusif dikarenakan
masyarakat selalu tidak sadar akan hal kebersihan lingkungan. Tempat
pembuangan kotoran tidak dipergunakan dan dirawat dengan baik. Akibatnya
masalah diare, penyakit kulit, penyakit usus, penyakit pernafasan dan
penyakit lain yang disebabkan air dan udara sering menyerang golongan
keluarga ekonomi lemah. Berbagai upaya pengembangan kesehatan anak
secara umum pun menjadi terhambat.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis merumuskan
beberapa masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah, yaitu:
- Bagaimana kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan?
- Bagaimana cara menjaga kebersihan lingkungan di sekitar kita?
- Supaya kebersihan lingkungan di sekitar kita tetap terjaga.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan.
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis
menggunakan metode observasi dan kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang
dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Teknik Pengamatan Langsung, Pada teknik ini penulis terjun langsung meneliti ke lapangan untuk mengetahui bagaimana kebersihan lingkungan dan bagaimana peranan pelajar terhadap masalah kebersihan lingkungan.
- Teknik Wawancara, Tujuan dari teknik wawancara ini adalah agar diperoleh gambaran yang lebih mengenai kasus yang dibahas. Responden meliputi para pelajar, para pengajar, masyarakat sekitar, dan ahli kebersihan lingkungan hidup sebagai sumber informasi mengenai studi kasus masalah kebersihan lingkungan.
- Studi Pustaka, Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan tulisan yang berhubungan dengan penulisan karya ilmiah serta yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup dan perilaku rem aja.
Pada karya ilmiah ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitian di
lapangan dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian serta sistematika
penulisan. Bab selanjutnya, penulis melakukan penelitian lapangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan
Kebersihan sebuah cerminan bagi setiap individu dalam menjaga kesehatan
yang begitu penting dalam kehidupan sehari-hari. Dan seperti yang kita
ketahui bahwa kebersihan merupakan suatu keadaan yang bebas dari segala
kotoran, penyakit, dan lain lain, yang dapat merugikan segala aspek
yang menyangkut setiap kegiatan dan perilaku lingkungan masyarakat. Dan
sebagaimana di ketahui bahwa kehidupan manusia sendiri tidak bisa
dipisahkan baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Maka sebagai
individu harusnya segala aspek yang ada dalam masyarakat harus dapat
menjaga kebersihan lingkungan. Karena tanpa lingkungan yang bersih
setiap individu maupun masyarakat akan menderita sebab sebuah faktor
yang merugikan seperti kesehatan. Kesehatan itu begitu mahal harganya.
Sehingga semuanya harus di olah dengan baik . Lingkungan yang kotor
berarti penganggu kesehatan yang juga berarti membuat bibit penyakit.
Namun segala sesuatu ada kata perubahan hanya saja dalam segala
persoalan-persoalan, semua ini tidak dapat dijalankan tanpa sebuah
kesadaran dari setiap individu masyarakat maupun kelompok masyarakat
untuk menjaga kebersihan, Maka Kebersihan itu tidak akan berguna dan
menimbulkan banyak kerugian. Sebagaimana kita ketahui bahwa pandangan
masyarakat tentang sadar lingkungan sangatlah minim/kurang.
B. Cara Menjaga Kebersihan Lingkungan
Berikut Tips dan trik menjaga kebersihan lingkungan:
- Dimulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada masyarakat bagaimana menjaga kebersihan lingkungan.
- Selalu Libatkan tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk memberikan pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
- Sertkan para pemuda untuk ikut aktif menjaga kebersihan lingkungan.
- Perbanyak tempat sampah di sekitar lingkungan anda;
- Pekerjakan petugas kebersihan lingkungan dengan memberi imbalan yang sesuai setiap bulannya.
- Sosialisakan kepada masyarakat untuk terbiasa memilah sampah rumah tangga menjadi sampah organik dan non organik.
- Pelajari teknologi pembuatan kompos dari sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali untuk pupuk;
- Kreatif, Dengan membuat souvenir atau kerajinan tangan dengan memanfaatkan sampah.
- Atur jadwal untuk kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hal tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa masyarakat masih
belum peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya. Kebanyakan dari
mereka berfikir secara parsial dan hanya ingin menguntungkan diri
sendiri, seperti masalah pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya,
pembungan limbah pabrik, polusi udara, pencemaran air, dan lain-lain.
Kasus-kasus yang menyangkut masalah kebersihan setiap tahunnya selalu
meningkat. Dan mengakibtakan keadaan yang merugikan kota medan contohnya
: banjir yang baru-baru ini terjadi karena banyaknya sampah yang
menumpuk di parit-parit rumah dan kanal air. Dengan sebuah perumpaan
yang dapat di bandingkan dengan teknologi maka dapat di perhatikan bahwa
secanggih-canggihnya teknologi tanpa didasari dengan kebersihan maka,
teknologi itu akan hancur. Jadi, dari hal tersebutlah kita harus
menyadari kebersihan itu penting. Marilah kita menjaga kebersihan secara
bersama-sama.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis kebersihan
lingkungan disekitar kita ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari
segi materi, isi materi, cara penulisan karya tulis ini, untuk itu
penulis meminta saran dari pembaca semua untuk bisa makalah ini bisa
lebih sempurna lagi untuk penulisan berikutnya. Atas perhatian pembaca
penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebersihan
2#
B. IDENTIFIKASI MASALAH
BAB II
B. GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI INDONESIA
C. PERUBAHAN BUDAYA DALAM GLOBALISASI : KESENIAN YANG BERTAHAN DAN YANG TERSISIHKAN
D. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BUDAYA BANGSA
E. PENGARUH DAN DAMPAK YANG DITIMBULKAN GLOBALISASI TERHADAP MASYARAKAT MAJENE
F. TINDAKAN YANG MENDORONG TIMBULNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN DAN CARA MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN
BAB III
B. SARAN – SARAN
2#
KARYA ILMIAH
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP EKSISTENSI KEBUDAYAAN DAERAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang
bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses
manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi
komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini.
Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.Globalisasi
menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab,
dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan
kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul
sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai
ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah,
globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh
dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah
dunia secara mendasar.
Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para
pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut
mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai
pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak
bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara
terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi
juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain.
Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada
penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan
dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan
koneksi tersebut.
Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi
modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan
refleksif dengan lebih baik secara budaya.Globalisasi memiliki banyak
penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan
globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia
sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya
menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia
dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari
globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa
globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik
yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan
merasuk ke dalam kesadaran kita.
Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global
Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan
kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting
bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G.
Mc.Grew, 1992).
Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang
teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak
globalisasi.Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor
lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya
dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan
TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari
belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi
antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling
mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti
kebudayaan gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain.
Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan
sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan,misalnya :
- Hilangnya budaya asli suatu daerah,
- Terjadinya erosi nilai-nilai budaya,
- Menurunnya rasa nasionalisme dan patriotism,
- Hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong,
- Kehilangan kepercayaan diri – gaya hidup kebarat-baratan
C. RUMUSAN MASALAH
Adanya globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi
kebudayaan daerah, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta
terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, erosi
nilai-nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya
berkembang menjadi budaya massa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. GLOBALISASI DAN BUDAYA
Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah
membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap
menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek
kehidupan bangsa.Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai
nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang
dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan
juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau
ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal
tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu
nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau
psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa
tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam
pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan
penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari
kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu
kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk
keseniannya.Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa
Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini
tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam
memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi
bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau
penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu
pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu
menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju.
Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir
akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti
politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Wacana
globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara
mendasar.
Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa.Kebudayaan setiap bangsa cenderung
mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga
melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya
mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan
berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap
bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru
sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran.
Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus
memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya
agar tidak dieliminasi oleh budaya asing.
Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah
yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan
budaya, Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan
bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang
melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk
menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut
kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis
Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa,
yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk
yang lebih luas dengan nama globalisasi.
B. GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI INDONESIA
Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi
antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain,
bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami
nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses
dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang
penting dalam kebudayaan manusia.Tanpa itu kebudayaan tidak mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah.
Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat.Hanya dalam
jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah
berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara
maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi.
Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang
karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh
interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses
globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun
juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan
makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti..Masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti
anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah
geografisnya.Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan
pula dalam berbagai ekspresi keseniannya.
Dengan perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok
masyarakat di Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat
khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan
dalam masyarakat.
C. PERUBAHAN BUDAYA DALAM GLOBALISASI : KESENIAN YANG BERTAHAN DAN YANG TERSISIHKAN
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni
perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih
terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai
dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara
mendasar.Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah
menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.Kebudayaan setiap bangsa
cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia
sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus
dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna
globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita
bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju
seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di
tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap
melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia.
Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui
kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak
kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti
tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil
memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga.
Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh
terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita
merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga
kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang
semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif
tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih
menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan
parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang
bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.
Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian
tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat
akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk
ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana,
selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian.
Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses
industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi,
maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi
komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan
kehilangan fungsinya.Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian
tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih
menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa
harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi
atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh,
sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi
masyarakat luas.Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati
berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan
kehidupan mereka.Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang
Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata
Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini
sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian
tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan
merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut
saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun
1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati
suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai
terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi.Bisa jadi fenomena
demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan
juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di
Indonesia.Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional
mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada
beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami
perubahan fungsi.
Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri
dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan
masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang
dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat.
Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki
penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk
siaran televisi, bukan ketoprak panggung.Dari segi bentuk pementasan
atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah
terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih
ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan
teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit
terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati
masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan
secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak
beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup
sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu
khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap
mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit
dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan
pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang
diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
D. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BUDAYA BANGSA
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap
perkembangan budaya bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan
telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah
terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi)
mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri
sendiri .Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan
sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas.
Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu,
anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari
tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam
acara ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai
hiburan budaya yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin maju,
ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di
masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini
Indonesi Indah (TMII).
Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik
selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan
untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan
pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang
merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia
yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa).
Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan
Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu
sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan
anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta
seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering
dengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur
bahasa inggris seperti OK, No problem dan Yes’, bahkan kata-kata makian
(umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di film-film barat, sering
diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan melalui
media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan dengan
disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya berpakaian remaja Indonesia
yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti
perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota
besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh
tertentu. Budaya perpakaian minim ini dianut dari film-film dan
majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan kedalam
sinetron-sinetron Indonesia . Derasnya arus informasi, yang juga
ditandai dengan hadirnya internet, turut serta `menyumbang` bagi
perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend
dilingkungan anak muda.Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan
Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang
di Barat merupakan suatu yang universal.Masuknya budaya barat (dalam
kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah
globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur
(termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara
teknologi dan nilai-nilai ketimuran.
E. PENGARUH DAN DAMPAK YANG DITIMBULKAN GLOBALISASI TERHADAP MASYARAKAT MAJENE
a. Pengaruh Globalisasi Terhadap jati diri di Kalangan Generasi Muda Majene.
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di
kalangan muda.Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak
muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.Hal ini
ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-
hari anak muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita
yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat.
Padahal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan
kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka
warna. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan
mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa
batas dan dapat diakses oleh siapa saja.Apa lagi bagi anak muda,
internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan
secara semestinya tentu akan memperoleh manfaat yang berguna. Dan
sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak
semestinya.Misal untuk membuka situs-situs porno, bahkan sampai terkena
penipuan.Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu
hand phone, apalagi sekarang ini mulai muncul hand phone yang
berteknologi tinggi.Mereka justru berlomba-lomba untuk memilikinya, tapi
kita lihat alat musik kebudayaan kita belum tentu mereka
mengetahuinya.Hal ini jika kita lihat dari segi sosial, maka kepedulian
terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih
kesibukan dengan menggunakan handphone tersebut.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak tahu
sopan santun dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan.Karena
globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak
sesuka hati mereka. Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa
jadinya generasi muda bangsa? Moral generasi bangsa menjadi rusak,
timbul tindakan anarkhis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai
jati diri akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya
bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi
muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa
tidak memiliki jati diri?
Marilah kita Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia, terima
globalisasi dengan rasa kritis dan banyak melakukan hal positif dalam
menggunakan globalisasi yang ada sekarang ini.Sebagai masyarakat
Indonesia mulai dari sekarang kita utamakan produk dalam negeri dan
kenali kebudayaan kita.
b. Dampak Positif Globalisasi Terhadap Masyarakat Majene.
- Dilihat dari aspek globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis, karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara. Jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa jati diri terhadap negara menjadi meningkat dan kepercayaan masyarakat akan mendukung yang dilakukan oleh pemerintahan.
- Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja yang banyak dan meningkatkan devisa suatu negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang dapat menunjang kehidupan nasional dan akan mengurangi kehidupan miskin.
- Dari aspek globalisasi sosial budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin serta Iptek dari negara lain yang sudah maju untuk meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa serta akan mempertebal jati diri kita terhadap bangsa. Serta kita juga dapat bertukar ilmu pengetahuan tentang budaya suatu bangsa.
c. Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Masyarakat Majene.
- Aspek politik, Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya jati diri bangsa akan luntur dan tidak mungkin lagi bangsa kita akan terpecah belah.
- Aspek Globalisasi ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (mainan, minuman, makanan, pakaian, dll) membanjiri Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya jati diri bangsa kita. Maka hal ini akan menghilangkan beberapa perusahaan kecil yang memang khusus memproduksi produk dalam negeri.
- Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia dimana dilihat dari sopan santun mereka yang mulai berani kepada orang tua, hidup metal, hidup bebas, dll. Justru anak muda sekarang sangat mengagungkan gaya barat yang sudah masuk ke bangsa kita dan semakin banyak yang cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
- Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Serta menambah angka pengangguran dan tingkat kemiskinan suatu bangsa.
- Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. Padahal jati diri bangsa kita dahulu mengutamakan Gotong Royong, tapi kita sering lihat sekarang contohnya saja di perumahan / komplek elit, mereka belum tentu mengenal sesamanya. Dari hal tersebut saja sudah tercermin tidak adanya kepedulian, karena jika tidak kenal maka tidak sayang.
Dampak di atas akan perlahan-lahan mempengaruhi kehidupan bangsa
Indonesia, Akan tetapi secara keseluruhan aspek dapat menimbulkan rasa
nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau luntur.
Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat Indonesia secara
global.Apa yang ada di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada
masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita.
Bila dilaksanakan belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak
dilaksanakan akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis
sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
F. TINDAKAN YANG MENDORONG TIMBULNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN DAN CARA MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada
pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat
dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay
(1995) dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing
Arts In South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia
Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni
pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang
berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang
diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural.
Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku
aparat pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana
banyaknya campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar
sesuai dengan tuntutan pembangunan.Dalam kondisi seperti ini arti dari
kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya
lagi.Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan
para seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan.
Hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan
kesenian secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni
yang mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam
pembangunan.
Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai
ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural,
karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi
sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih
modern dan rasional. Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita
lihat, misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu, tari cokek, tari
lenong, dan sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh aparat
pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan
politik pemerintah.
Aparat pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga
kesenian Betawi tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung
dapat membosankan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki
terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat
tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai
pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut
campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat
saat ini membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga sulit untuk
menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini
merupakan sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai
dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat
tersebut.
Oleh karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar
peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan
secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan
menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik.
Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru
seperti saat ini adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan.Kita harus
beradaptasi dengannya karena banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus
diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah produk dari modernisasi
bermanfaat besar bagi terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara
masal dan merata.
Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya
melalui media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang
keberadaan nilai-nilai budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan
dikenal selama ini. Kontak budaya ini memberikan masukan yang penting
bagi perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan
persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses ini. Kesenian
bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam daerah
juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya ini.Sehingga untuk
melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan
diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun tetap
bercirikan kekuatan lokal atau etnis.
Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan
memperkuat identitas kebudayaan nasional.Berbagai kesenian tradisional
yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan nasional jangan
sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijaksanaan,
khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik dsb.Selama
ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan
lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa
menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan.
Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan
lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat.Dengan demikian,
tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat.Karena pada era
teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini masyarakat
dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam
menentukan kualitas maupun selera.Hal ini sangat memungkinkan keberadaan
dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh
masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan
imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada
beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran
aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya
justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi
pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang
ekonomi saja
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang
negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia .Norma-norma yang terkandung
dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar.Gencarnya
serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di
dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya
menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia.
Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion and Western Though (1924)
menyatakan “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran
akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau tidak,
Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah.Artinya
adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan. Atau
dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing.
Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita?
Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan
sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek
sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa.Caranya adalah dengan
penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya
bangsa.
Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi
bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi
bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan
komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena sebenarnya seni
itu indah dan mahal.Kesenian adalah kekayaan bangsa Indonesia yang
tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh
sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa,
hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.
B. SARAN – SARAN
Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu :
- Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa.
- Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya.
- Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya.
- Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative.
- Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.
DAFTAR PUSTAKA
- Kuntowijoyo, Budaya Elite dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997.
- Sapardi Djoko Damono, Kebudayaan Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan Kecil dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997.
- Fuad Hassan. “Pokok-pokok Bahasan Mengenai Budaya Nusantara Indonesia”.
sumber : isomwebs.com/2011/contoh-karya-ilmiah-tentang-globalisasi/
BAB I
BAB II
BAB III
3#
Pelayanan Pendidikan yang Berkualitas Dapat Mengembangkan Potensi Peserta Didik Secara Maksimal
BAB I
PENDAHULUAN
Berbagai upaya terobosan tengah dilakukan oleh pemerintah dewasa ini
berkaitan dengan mencari dan mengembangkan potensi-potensi yang harus
dikuasai oleh guru, yang bertindak sebagai Sumber Daya Manusia yang
menjembatani perlembengan ilmu pengetahuan serta teknologi yang harus di
transfer kepada peserta didik guna mengembangkan bakat, minat serta
potensi yang dimiliki peserta didik sehingga kelak kemudian hari mampu
mengisi kemerdekaan ini dengan berbagai potensi yang dikuasai sehingga
pembangunan pendidikan nasional dapat terwujud dengan sempurna karena di
isi oleh generasi muda yang berkualitas. Dalam hal ini bahwa
pembangunan sumber daya manusia mempunyai peranann yang sangat penting
bagi kesuksesan dan keseimbangan pembangunan nasional yang telah
digariskan, pembangunan serta peningkatan kualitas sumber daya manusia
merupakan prioritas yang harus diperhatikan dan dirancang sedemikian
rupa serta berdasarkan pemikiran yang matang untuk mengimbangi lajunya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang mendunia.
Pendidikan memiliki peranan yang sangat vital serta merupakan suatu
wadah yang sangat tepat di dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia serta harus menjadi prioritas secara optimal dan
berkesinambungan, agar kualitas peserta didik pada jenjang pendidikan
dasar yang merupakan pondasi untuk jenjang pendidikan SMP benar-benar
berkualitas serta memiliki kompetensi yang tinggal mematangkan setelah
peserta didik yang bersangkutan pada jenjang pendidikan berikutnya,
sehingga terlihat dengan jelas ada kesinambungan antara jenjang
pendidikan tingkat sekolah dasar dengan tingkat pendidikan sekolah
menengah pertama.
Perlu menjadi acuan dimana jenjang pendidikan sekolah dasar sangat
menentukan tingkat keberhasilan peserta didik manakala yang bersangkutan
mengikuti jenjang pendidikan pada SMP, mengingat hal di atas maka
pendidikan pada sekolah dasar harus benar-benar diupayakan seoptimal
mungkin.
A. Latar Belakang
Yang melatar belakang belakangi Penulis mengambil tema “ Pelayanan
Pendidikan Yang Berkualitas Dapat Mengembangkan Potensi Peserta Didik
Secara Maksimal ” bahwa merupakan suatu keharusan yang mutlak dimana
guru hendaknya memiliki rentra dalam mengembangkan kompetensi yang
dimilikinya sehingga dapat memberikan peluang bagi peserta didik dalam
upayanya memupuk bakat, minat serta kecakapan yang harus dikuasai,
sehingga peserta didik memiliki kualitas pendidikan yang sejalan dengan
tertuang dalam tujuan pembangunan pendidikan nasional.
B. Maksud dan Tujuan
Adapun yang menjadi maksud dan tujuan Penulis mengambil Tema diatas,
adalah mencoba untuk mengingatkan kembali bahwa sedianya guru ditantang
untuk senantiasa melakukan perubahan-perubahan yang akan membawa
inovatif bagi tumbuh kembangnya dunia ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga guru mampu mengimbangi pesan moral yang tertuang di dalam
tujuan pembangunan pendidikan nasional, dengan cara berusaha maksimal
dalam meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik sehingga kelak
kemudian hari benar-benar mampu mengembangkan kecakapannya menjadi suatu
keakhlian yang memiliki nilai jual.
C. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Otonom.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
5. Intruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 Tentang Gerakan Nasional
Percepatan Wajib Belajar Pendidikan dasar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta
Aksara.
6. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Rencana Stratejik Pembangunan provinsi.
7. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi.
8. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeriharaan Bahasa Sastra dan Aksara Daerah.
9. Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
10. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
11. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang
Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah.
12. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Peraturan Mendiknas Nomor 22 dan 23.
13. Undang-undang nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
14. Undang-undang Nomor 25 tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional ( PROPENAS ) Tahun 2000-2004.
15. Keputusan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 053/U/2001 Tentang
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan
Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah.
D. Hasil Yang Ingin Dicapai.
Melalui kompetensi yang dimiliki guru maka kualitas pendidikan akan
terlihat dari hasil prestasi peserta didik, sehingga memudahkan untuk
mengajak bekerja sama dengan orang tua, dan juga pemerintah minimal
pemerintahan setempat mengingat ketika satu sekolah mampu mencetak
peserta didik yang memiliki kualitas maka sekolah itu akan favorit di
masyarakat, di sini menujukan bahwa prestasi kerja guru dan kepiawaian
guru dalam pendidik sangat berpengaruh untuk menumbuhkan kepercayaan
baik dari pemerintah, masyarakat serta di dalam intern sekolah.
BAB II
PELAYANAN PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS DAPAT MENGEMBANGKAN POTENSI PESERTA DIDIK SECARA MAKSIMAL
Keberhasilan pembangunan pendidikan nasional ditentukan oleh kualitas
gurunya serta perangkat sekolah yang bertindak sebagai sumber daya
manusia, sebagai roda penggerak tingkat keberhasilan pembangunan,
sekolah dalam hal ini termsuk perangkat sistemdi dalamnya adalah
merupakan pengambil keputusan, penentu kebijakan, perancang, pemikir,
perencana juga pelaksana terdepan sebagai pelaku control segaligus
pengamat serta pengawas pembangunan dalam bidang pendidikan. Mengingat
keberadaan sumber daya manusia merupakan syarat utama bagi keberhasilan
pembangunan pendidikan dewasa ini, sehingga kualitas pendidikan harus
mendapat perhatian khusus dari pemerintah secara terus-menerus dan
berkesinambungan sehingga dapat mengimbangi kemajuan dunia ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sejalan dengan perkembangan pembangunan
nasional yang tengah di rintis pada saat ini, dimana pendidikan itu akan
berarti apabila pendidikan yang bersangkutan memiliki system yang
berkualitas serta relevan dengan pembangunan dewasa ini, mengingat hal
tersebut maka dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia
secara menyeluruh dan berlangsung secara terus menerus, yang tentu saja
tidak lepas dari arah kebijakan pemerintah dengan strategi pengembangan
yang sudah sedemikian rupa di rancang sehingga peningkatan kualitas
pendidikan merupakan kebijakan dan program yang harus dilaksanakan
secara optimal.
Pada dasarnya peningkatan mutu pendidikan harus dimulai dengan
peningkatan mutu pendidikan pada sekolah dasar, mengingat pendidikan
sekilah dasar merupakan pondasi untuk pengembangan ke jenjang pendidikan
menengah pertama juga pada jenjang pendidikan selanjutnya, akan lebih
sempurnalagi apabila orang tuaberinisiatif menyekolahkan anak-anaknya
yang dimulai dari pendidikan taman kanak-kanak, maka akan lebih
efektiflagi dalam pengembangannya ketika peserta didik berada pada
pendidikan dasar. Jenjang pendidikan dasar pada sekolah dasar merupakan
bentuksatuan pendidikan yang sangat urgen keberadaannya, dalam hal ini
seorang anak tanpa menempuh sekolah pendidikan dasar maka yang
bersangkutan tidak akan bias melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah
pertama apalagi pada jenjang pendidikan setingkat diatasnya.
Keberhasilan peserta didik dalam menempuh pendidikan pada jenjang
pendidikan selanjutnya sangatlah ditentukan oleh standar kompetensi pada
jenjang pendidikan dasar, dengan demikian jelas, pemerintah dalam hal
ini harus benar-benar jeli dan tanggap, agar senantiasa melakukan
terobosan-terobosan untuk mengembangkan kompetensi yang harus dikuasai
oleh guru sekolah dasar, hal ini dimaksudkan agar cita-cita yang ingin
di capai untuk peningkatan mutu pendidikan dapat terwujud sesuai yang
tertuang di dalam tujuan pendidikan nasional.
Berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan pada jenjang pendidikan
sekolah dasar yang merupakan standar priritas untuk tingkat
keberhasilan peserta didik pada jenjang pendidikan menengah pertama juga
menengah atas, ada dua hal yang harus dilaksanakan yang merupakan
langkah yang harus dilaksanakan yaitu, sebagai langkah pertama adalah
subtansi peningkatan mutu pendidikan dan langkah berikutnya adalah
strategi peningkatan mutu pendidikan, yang lebih dipokuskan kepada pol
dan strategi pengembangan sekolah dasar secara menyeluruh, selanjutnya
dalam peningkatan mutu pendidikan harus dipusatkan kepada pembinaan
kegiatan belajar mengajar dalam berbagai komponen pendukungnya yaitu
profesionalisme guru, sarana dan prasarana belajar, manajemen
pendidikan, penampilan dan fisik sekolah, serta partisipasi masyarakat.
A. Sekolah
Sekolah adalah merupakan suatu lembaga atau organisasi yang didalamnya
terdiri dari perangkat system yang terdiri dari ; pimpinan sekolah, guru
yang bertindak sebagai obyek pelaku dan pengelola administrasi serta
orang tua dari pesrta didik yang menyekolahkan anaknya pada lembaga
pendidikan tersebut.
Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolah
tidak lepas dari kemampuan yang professional dari pimpinan dalam
mengendalikan perangkat di dalamnya dengan komitmen pada tugas pokok dan
fungsi, mengingat pimpinan yang baik adalah seseorang yang tahu
kecakapan yang dimiliki oleh mitra kerjanya sehingga yang bersangkutan
tahu memposisikan harus dimana anak buahnya di tempatkan sesuai dengan
keakhlian yang dimilikinya, maka untuk yang bersangkutan juga dapat
dikatakan sebagai pimpinan yang professional. Pendidikan sekolah dasar,
mengemban misi sebagai lembaga pendidikan yang menyelenggarakan proses
pembelajaran yang merupakan pondasi bagi peserta didik usia dasar, guru
di sini mengemban tugas memberikan bekal sebagai kemampuan dasar
sehingga peserta didik siap dan layak untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang pendidikan menengah pertama.
B. Peran Masyarakat Sekolah
Berbicara peserta didik, tidak lepas dari orang tua siswa yang bertindak
sebagai subyek pelaku, pada posisinya ketika sekolah banyak melibatkan
orang tua siswa, manakala sekolah menerapkan kebijakan-kebijakan yang
harus dijalankan, dan dibuat orang tua untuk mengerti tentang program
sekolah yang harus dijalankan maka pihak sekolah akan mendapat banyak
kemudahan dimana ketika orang tua secara prosedur sudah paham benar
program-program sekolah yang harus dijalankan, maka peran serta orang
tua yang tersangkut pinansial bias turut andil menjadi bagian yang
berperan serta aktif turut membangun pendidikan ini agar berjalan dengan
maksimal, dan tanpa kendala yang berarti. Peran serta aktif orang tua
siswa, sangat menunjang kelangsungan pelaksanaan program-program sekolah
yang akan dilaksanakan minimal diperlukan sekurang-kurangnya enam kali
pertemuan dengan orang tua dalam satu tahunnya, dengan demikian akan
mempermudah bagi sekolah didalam mengambil keputusan-keputusan yang akan
dijalankan karena adanya partisipasi masyarakat dalam kafasitas orang
tua dari peserta didik yang di sekolahkan pada sekolah kita.
Dengan kemudahan sekolah di dalam mengambil keputusan di dalam
pengelolaan sekolah dalam rangka disentralisasi pendidikan, ditandai
dengan adanya kewenangan pihak sekolah di dalam pengambilan keputusan
yang notabene akan lebih leluasa dalam mengoptimalkan pengelolaan sumber
daya manusia dengan pengalokasian sesuai dengan prioritas program agar
sekolah lebih eksis terhadap kebutuhan-kebutuhan sekolah mengingat
pasilitas penunjang tersedia secara maksimal, hal ini dapat mempermudah
dalam pentranferan ilmu pengetahuan , ketrampilan untuk mendapatkan
kualitas pendidikan sesuai yang diharapkan.
C. Peran Peserta Didik.
Peran peserta didik sebagai subyek belajar adalah individu yang terdiri
dari berbagai karakter, adat istiadat, lingkungan social, cara mendidik
orang tua juga pariatif, dengan tingkat daya nalar serta kecerdasan yang
tentu saja berbeda, dan hal ini merupakan acuan serta sebagai bahan
pertimbangan bagi guru untuk lebih mengenal lagi keberadaan peserta
didik sebagaiindividu dengan cirri-ciri seperti ; dalam diri peserta
didik ada syaraf yang memiliki fungsi rasional dan secara reflex
menggerakan tingkah laku intelektual sebagai makhluk social, secara
individu peserta didik memiliki potensi dan kompetensi walaupun dalam
keterbatasan, dalam hal ini peserta didik sebagai makhluk social tidak
lepas dariperilaku yang baik dan buruk, satu sisi lingkungan adalah
penentu tingkah laku bagi peserta didik secara individu yang merupakan
pengalaman dari kemampuan untuk bergaul yang dipelajari, dengan demikian
peserta didik adalah merupakan titik sentral dari target atau rancang
bangun system yang akan kita jalankan.
Peserta didik akan menjadi adalah merupakan factor penentu dalam
mengembangkan proses beajar mengajar, peserta didik merupakan pihak yang
ingin mencapai segala yang telah dicita-citakan, memiliki harapan serta
tujuan yang hendak dicapai, melalui kompetensi yang di kuasainya,
keberadaan peserta didik dalam proses belajar mengajar titik sentral
sebagai kelompok individu yang belum dewasa baik secara jasmani maupun
rokhani, melalui bimbingan, arahan serta pembinaan dari guru yang
dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan maka akan
mencapai tingkat kedewasaan yang dilaluinya dengan proses sehingga
memiliki suatu kecakapan disamping melalui proses belajar maka bentuk
–bentuk kemampuan yang ada secarakodrati dengan sendirinya akan muncul,
sehingga peserta didikmenguasai kecakapan khusus yang alami dan tampak
setelah proses belajar mengajar di laluinya secara bertahap.
Ada yang harus kita perhatikan sebagai pemenuhan darikebutuhan peserta
didik dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, dengan tujuan untuk
menginformasikan materi pelajaran dengan dilengkapi oleh kelengkapan
sarana prasarana, sehingga materi pelajaran yang diinformasikan dapat
dipahami dengan jelas karena diserasikan dengan pasilitas yang memadai.
Dalam hai ini perlu diperhatikan pula kebutuhan-kebutuhan peserta didik
seperti: (1) Kebutuhan jasmani dan rokhani; (2) Kebutuhan sosial; dan
(3) Kebutuhan intelektual.
Dengan demikian kita selaku guru akan lebih mudah apabila hal-hal diatas
menjadi bahan pertimbangan untuk mensikapi kelangsungan pelaksanaan
proses belajar mengajar yang dilaksanakan sehingga peserta didik dalam
pertumbuhan serta perkembangannya dapat berjalan dengan normal dan
mencapai tujuan yang diharapkan baik oleh pihak orang tua murid, sekolah
juga pemerintah sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang ingin
dicapai. Untuk mempermudah penstranfera ilmu pengetahuan dan ketrampilan
juga pesan moral yang akan disampaikan kepada peserta didik maka
seyogyanya guru memperhatikan keberadaan individu tiap peserta didik,
dengan cara mengenal lebih dekat hal-hal yang berkaitan dengan :(1)
Latar belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan; (2) Cara belajar
peserta didik; (3) Usia Peserta didik; (4) Tingkat Kematangan; (5)
Spektrum dan ruang lingkup minat; (6) Lingkungan social ekonomi; (7)
Hambatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan; (8) Inteligenesia; (9)
Keselarasan dan sikap; (10) Prestasi belajar; dan (11) Motivasi. Dengan
mengenal hal-hal diatas, dapat mempermudah guru untuk menjlankan
tugasnya dalam mengajar sekaligus mendidik serta mengembangkan metode
pembelajaran sehingga peningkatan kualitas pendidikan dapat tercapai
sesuai yang diharapkan.
D. Peran Guru sebagai Sebagai Tenaga Profesional.
Guru adalah merupakan bagian terpenting yang berperan dalam pemberdayaan
peserta didik, mengingat guru memiliki andil besar dalam proses
pelaksanaan pembelajaran, dengan demikian guru memiliki andil besar yang
berkewajiban untuk berperan aktif dalam menempatkan tuntutan masyarakat
akan kompetensi yang harus di kuasai oleh peserta didik, dengan
memposisikan diri sebagai tenaga professional dalam arti bahwa guru
memiliki tanggung jawab untuk membentuk bakat, minat serta prestasi
peserta didik sehingga menguasai suatu kecakapan yang dapat bermanfaat
kelak kemudian hari, sebagai generasi bangsa yang punya nilai jual dan
siap untuk menjadi manusia yang produktif serta tepat guna.
Guru sebagai tenaga professional mengandung arti bahwa guru sebagai
tenaga pendidik yang secara umum diartikan bahwa profesi guru adalah
pekerjaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan cirri dari
pekerjaan professional guru adalah memiliki profesi filosofis dan
ketanggapan yang bijak dengan kompetensi yang dimilikinya dalam
melaksanakan pekerjaan sehari-hari, dengan ketelitian serta kecermatan
dalam menentukan langkah serta sikap pada saat berhadapan dengan peserta
didik. Guru dengan profesinya memiliki hal-hal dalam ukuran serta
kriteria seperti:
1. Spesial dengan latar belakang teori yang luas, dalam arti bahwa
seorang guru berwawasan luas, dan berkeakhlian khusus yang handal.
Profesi guru merupakan karir yang dibina secara organistor dalam arti
bahwa guru memiliki hak otonomijabatan, dengan kode etik jabatan, serta
merupakan karya bakti seumur hidup.
2. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang terhormat serta memiliki
dedikasi tinggi dalam pengertian bahwa, guru memperoleh dukungan dari
masyarakat, mendapat pengesahan dan perlindungan hukum, memiliki status
pekerjaan yang jelas dan sehat, serta memiliki jaminan hidup yang layak.
Profesi guru dengan kriterianya, akan membawa konsekuensi yang
fundamental terhadap lajunya program pendidikan yang berlangsung,
terutama yang berkaitan dengan tenaga kependidikan, hal ini mengandung
arti bahwa keberhasilan program pendidikan tidak lepas dari peran serta
aktif masyarakat secara keseluruhan, baik sebagai sumber asal maupun
sumber daya atau sebagai yang berkepentingan dengan kelangsungan
keberhasilan peserta didik, hal ini harus di jadikan sebagai kajian oleh
semua unsur terkait dalam tingkat keberhasilan kualitas pendidikan
seperti yang tertuang di dalam tujuan pendidikan nasional yang telah
digariskan.
E. Peran Guru Sebagai Pendidik Dan Pembimbing.
Guru dengan jabatan fungsionalnya, sebagai tenaga kependidikan
profesional dan mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat
sebagaifigurdari seseorang yang memiliki segudang prestasi dengan
sejumlah ilmu pengetahuandan teknologi dalam artian guru adalah
gudangnya ilmudan kepercayaan itu berlaku sampai akhir hayat. Seseorang
dengan sebutan guru tidak cukup hanya menguasai materi pelajaran saja,
dalam hal ini guru hendaknya mampu secara maksimal meunjukan
kepiawaiannya dengan lebih kepada menunjukan figur dengan kepribadian
guru disertai tingkat kedewasaan yang matang, guru juga harus mampu
memposisikan diri sebagai orang tua kedua bagi peserta didik, teman,
sahabat, juga lawan bicara yang menyenangkan sehingga peserta didik akan
merasa nyaman bila berhadapan dengan kita dalam figur guru.
Dalam keseharian di lapangan guru tidak hanya menguasai dan menyampaikan
materi pelajaran saja tapi selebihnya adalah membimbing , mengarahkan,
membina peserta didik sehingga memiliki karakter yang terpuji, melalui
mendidik , seorang guru dapat dengan mudah secara bertahap menanamkan
nilai-nilai moral yang tidak lepas dari contoh-contoh yang guru lakukan
sehingga akan menjadi suri tauladan bagi peserta didik. Pada saat ini
peran guru sebagai pengajar sangat terlihat dengan jelas, hal ini akan
memberikn kesan secara umum bahwa guru cenderung hanya mengejar tingkat
keberhasilan peserta didiknya hanya terpokus pada nilai-nilai dari mata
pelajarannya saja, kurang memperhatikan tingkah laku atau tindakan moral
peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya. Guru adalah suatu profesi
yang memiliki warna dan nuansa, dimata peserta didik, masyarakat atau
lingkungan social tempat dimana guru itu bertempat tinggal, dalam
kaitannya dengan fungsinya sebagai pendidik maka sosok guru adalah
merupakan sosok dari pribadi yang terintegritas, seorang guru dalam
posisinya sebagai pendidik berarti sekaligus didalamnya sebagai
pembimbing, mengingat arahan, pembinaan yang di lakukan oleh seorang
guru merupakan bagian dari serangkaian upaya pendidikan yang mutlak
harus dilakukan.
Pada pelaksanaan proses pembelajaran dilapangan baik yang berlangsung di
dalam sekolah maupun di luar sekolah, guru memiliki dua fungsi yaitu
fungsi morl dan fungsi kedinasan, intinya dalam kehidupan sehari-hari
baik dalam lingkungan kedinasan ataupun diluar keinasan yang lebih peka
terbca adalah fungsi moralnya dengan status guru yang tidak bias
dilepaskan dalm kehidupan sehari-harinya, sehingga guru pada posisinya
sebagai pembimbing dan juga pendidik nuansa fungsi moral mewarnai dlam
wujud pekerjaan yang mutlak sebagai abdi negara karena nilai pinansial
bagi guru harus dikesampingkan, guru sebagai abdi Negara senantiasa
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Panggilan dari hati nurani,
2. Senantiasa menyayangi dan mencintai peserta didik,
3. Menerima peserta didik dengan segala kekurangan dan kelemahannya,
4. Tidak memilah keberadaan peserta didik.
5. Menjalankan tugas dan fungsi sebagai guru dengan penuh rasa tanggung
jawab secara maksimal dan menyadari sepenuhnya akan tugas dan fungsi
sebagai guru.
Pendidikan adalah upaya yang harus di jalankan oleh guru dalam memimpin
peserta didik secara umum mencapai pertumbuhan serta perkembangan
peserta didik kearah pendewasaan dengan sejumlah ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sesuai dengan jenjang pendidikan yang di tempuh peserta
didik sehinggga peserta didik mampu memilah antara benar dan salah, baik
dan buruk serta memiliki nilai moral yang dapat dipertanggung jawabkan
sehingga punya bekal kecakapan untuk masa depan peserta didik dengan
sendirinya. Dengan demikian timbul kepercayaan dari masyarakat sehingga
lembaga pendidikan yang dalam hal ini sekolah punya nilai jual sebagai
sekolah pavorit, dan dengan sendirinya masyarakatlah yang mendatangi
sekolah kita ketika sekolah kita punya perangkat system yang memiliki
kualitas standar seperti yang diharapkan oleh pemerintah keberhasilan
dalam bidang pendidikan dengan kuaitas yang menjanjikan.
BAB III
KESIMPULAN
Sebagai usaha yang dilakukan oleh sekolah dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan adalah dengan di awalai oleh pemberdayaan perangkat
system dengan tugas pokok masing-masing dan komitmen yang dijlin sebagai
tingkat keberhasilan awal, tentu saja tidak lepas dari peningkatan mutu
pendidikan tenaga kependidikannya dengan secara berkesinambungan
seiring dengan lajudan berkembangnya dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga dapat seimbang dalam pentransferan ilmu pengetahuan,
ketrampilan , juga nilai-nilai moral yang harus diterapkan kepada
peserta didik.
Sehubungan dengan hal diatas guru seyogyanya memiliki beberapa hal yang
merupakan kompetensi yang memang harus dikuasai oleh guru dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan, ketrampilan serta sikap kepada peserta
didik, seperti ;
1. Memahami dan memposisikan diri sebagai guru dengan kedewasaan yang
matang dan kepiwaian daya nalar serta wawasan, sehingga dengan
sendirinya dapat menumbuhkan kharismatik diri.
2. Mengenal jati diri peserta didik dengan segala kekurangan serta
kelebihannya dengan tidak memilah standar social kehidupan peserta didik
sehingga peserta didik merasakan kenyamanan yang alami manakala
berhadapan dengan guru.
3. Memiliki kecakapan yang handal dalam memberi bimbingan sehingga dapat
menempatkan tingkat perkembangan peserta didik, baik perkembangan
tingkat emosi, minat, bakat serta kecakapan khusus, juga
prestasi-prestasi akademik, fisik serta social. Dengan mengetahui hal di
atas maka guru akan mendapat kemudahan-kemudahan dalam mensikapi
berbagai aspek yang dapat memudahkan bagi peserta didik menerima materi
pelajaran yang diterapkan.
4. Guru harus memiliki dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan
pendidikan nasional yang telah digariskan yang merupan standar untuk
tujuan pendidikan yang ingin dicapai sehingga guru memiliki rancang
bangun program dalam menginformasikan sejumlah ilmu pengetahuan,
keterampilan serta sikap yang tumbuh dan berkembang sesuai tuntutan dan
kebutuhan pembangunan dalam bidang pendidikan yang berkualitas.
5. Guru hendaknya mengikuti tumbuh kembangnya dunia ilmu pengetahuan
yang pesat berkembang dan senantiasa inivatif, sehingga guru dapat
secara tidak sadar membawa peserta didik untuk aktif mengikuti
perkembangan iptek secara menyeluruh.
Berkaitan dengan peran dan fungsinya guru sebagai pengajar sekaligus,
pendidik, pembimbing, maka guru memiliki peran ganda dalam memposisikan
diri dilapangan manakala berhadapan dengan peserta didik. Kepiawaian
guru dalam mentranfer ilmu pengetahuan, ketrampilan serta nilai-nilai
moral yng harus di kembangkan dan berbekas pada diri peserta didik
menjadi suatu kecakapan yang harus dikuasai, guru hendaknya berusaha
secara maksimal menciptakan suasana yang dapat membuat nyaman bagi
peserta didik ketika berhadapan dengan kita, peserta didik harus
memiliki rasa sadar bahwa guru adalah orang tua ke dua, bahwa guru
adalah sahabat, dan bahwa guru adalah seseorang yang nyaman di ajak
bicara sehingga pergaulan antara guru dan peserta didik akan tampak
harmunis, dan ini bermanfaat untuk mncetak kualitas pendidikan sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional yang harus di capai.
DAFTAR PUSTAKA
Edi Suardi, Drs. , S Nasution Prof., Dr.,MA., M Moh Rifai Joedoprawiro.,
Administrasi dan Superpisi Pendidikan, Direktorat pendidikan Guru dan
Tenaga Teknis, Direktorat Pendidikan dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemenn Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 1976.
Rocman Natawijaya, Drs., LJ Moleong, Drs., MA., Psikologi Pendidkan.
Direktorat pendidikan Guru dan Tenaga Teknis, Direktorat Pendidikan
dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemenn
Pendidikan dan Kebudayaan. Mei Tahun 1979
Engkoswara, Drs., M.Ed., Eddy Susanto Drs., Kalang MM., MA., S. Nasution
Dr., Simanjuntak, IP., Prof., MA., Usaha Perbaikan dalam Bidang
Pendidikan Dan Administrasi Pendidikan. Direktorat pendidikan Guru dan
Tenaga Teknis, Direktorat Pendidikan dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemenn Pendidikan dan Kebudayaan. 1
Januari Tahun 1972.
Eddy Suardi. Drs., Suwardi. Administrasi Kekolah. Direktorat pendidikan
Guru dan Tenaga Teknis, Direktorat Pendidikan dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemenn Pendidikan dan
Kebudayaan. Mei Tahun 1979.
Darmastuti Suetrisno. Ir., M.Ed., Peningkatan Mutu Pendidikan Di Sekolah
Dasar : Pendekatan Menyeluruh dan Desentralistis tentang Pola dan
Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Taman
Kanak-Kanak Dan Sekolah Dasar Jakarta 2001.
Darmastuti Suetrisno. Ir., M.Ed., Manajemen Berbasis Sekolah Untuk
Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Taman Kanak-Kanak Dan Sekolah
Dasar Jakarta 2001.
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Bekajar Mengajar. _Ed. I, Cet. II._ Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2004.
Dimyati. Dr., Mudjiono. Drs., Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 1985.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar